POSTINGAN POPULER

Mengenai Saya

Foto saya
Kampuang Padang, Batu Basa,IV Kot Aur Malintang, Padang Pariaman,Sumatra Barat, Indonesia
Aku adalah aku dan ke-Akuan we...we Life, Mw The Best, we Defenity Make Itt jangan menangis karena takut, tapi takutlah untuk menangis..Maka teruslah berjalan, Tuhan Selalu bersam Kita. Thank To ALLAH!!!

Senin, 29 Desember 2014

Refleksi Akhir Tahun

“Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini”
di tulis Oleh : Asrul Khairi

Tidak ada pilihan lain.
Kita harus Berjalan terus Karena berhenti atau mundur Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga,
 Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun
 yang lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain.
Kita harus Berjalan terus Kita adalah manusia bermata sayu,
 yang di tepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh,
 Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan

Jumat, 26 Desember 2014

Meniti Jalan Impian

Jalan & Dinding Penahan Warga

Drainase oh Drainase

Membuka Jalan Menggapai Harapan

Jangan Pulang, Perang Belum Berakhir “Jendral”

Di Tulis Oleh : Asrul Khairi/ Asmandat Karimun


“ Pantang Pulang Sebelum Api Padam”, Doktrin Pasukan Sibaju hijau Pemadam Kebakaran ini pantas kiranya di tumpang oleh pelaku Program pemberdayaan di PNPM Mandiri Perkotaan. Sekilas menoleh kebelakang, hampir genap sudah 7 tahun kita selaku laskar pemberdayaan melakoni medan pertempuran melawan wabah yang sangat menakutkan di negeri yang kita cintai jiwa dan raga ini. Intervensi dan strategi perang terus di komandoi secara structural dan sistematis. Pergerakan Gerilya yang tak pernah lelah dan berhenti. Dari pemerintahan Pusat, hingga ke Pemerintahan Daerah sekalipun terus bersorak sorai dengan melihatkan komitmennya terhadap pemberantasan wabah yang satu ini. Kemiskinan memang bak virus yang menyalar sangat begitu cepat, tak ada kata kompromi untuk wabah yang satu ini. tidak mengenal topologi wilayah, mereka bak angin berhembus ada di mana-mana dan pergi kemana-mana, baik di perdesaan maupun di perkotaan.  
Tak sulit memang untuk menemukan wabah kemiskinan di negeri ini, mereka ada di sekeliling kita,

Sabtu, 13 April 2013

FENOMENAL WANG HILANG & DISKRIMINASI SOSIAL TERHADAP LELAKI PARIAMAN



Oleh  : ASRUL KHAIRI


Wangilang adalah salah satu tradisi  budaya di Pariaman, biasanya calon mempelai Perempuan  memberikan atau mempelai lelaki  meminta sejumlah uang sebagai wangilang untuk calon mempelai laki-laki. Kebiasaan ini konon kabarnya dimulai jauh semenjak zaman Bundo Kanduang hingga sekarang masih melekat kental dalam pembawaan budaya Nikah Kawin di Pariaman. Adakah  produk ini telah menjadi adat dan budaya yang turun temurun  Adat Lamo, pusako Zaman, adaiknyo samo kito rimbunkan, pusakonyo samo kito gampakan”
Kebiasaan wangilang itu kini kian hari tumbuh dan berkembang menjadi sebuah jargon  dalam prosesi pernikahan pada kebanyakan keluarga orang Pariaman. Tumbuh dan mengakar sebagai warisan budaya, wangilang menjadi sosok prosesi yang fenomenal di tengah masyarakat pariaman, maupun yang berasal dari luar daerah pariaman. Sebab kenapa tidak, untuk menjemput atau memilih seorang lelaki di Pariaman sebagai calon suami mestilah keluarga perempuan harus menyiapkan uang untuk penjemput si calon mempelai lelaki dan  jumlah uang itu biasanya dalam jumlah yang tidak sedikit  nominalnya (berkisar di 1 jt – 100 an bahkan ada yang lebih).Na’udzubillahi minzalik.
Coba kita  bayangkan, jika dilihat dari sisi pinansialnya, dengan jumlah jutaan itu sungguh sangat mahal  makluk yang namanya lelaki di  Piaman bagi seorang waita yang ingin punya suami. Disisi lain,  apakah dengan jumlah  uang sebanyak itu sudah patut label harga  seorang anak manusia?
  Sepintas, sungguh sangat  enak jadi lelaki Pariaman, Jodoh dapat uangpun disikat. tapi ibarat dua sisi mata uang, justru keenakan itu mestilah dibayar mahal dengan anggapan miring dari pihak lain. Seorang lelaki di pariaman kalau saja tidak di jemput pakai wangilang merupakan aib yang sangat besar bagi silelaki, keluarga atau kaum beliau. Istilah ciloteh kadai “ Lai tukang baruak ba wangilang jo lai, konon ko awak lai tamakan bangku pendidikan” ( maaf tidak bermaksut merendahkan bidang pekerjaan tertentu/ dikutip dari ciloteh keseharian orang pariaman) .
Pada penerbitan  perdana ini penulis sengaja  mengangkat judul ini sebagai referensi dan pemikiran kita bersama untuk selektif dalam menerapkan budaya temurun. Setiap lelaki yang lahir dan dibesarkan  di pariaman patut untuk   mengetahui  hal ini.
Tanpa bermaksud menyalahkan Produk turunan budaya wangilang dari hasil enkulturasi tetua kita zaman dahulu, penulis mencoba paparkan sebuah penomena yang  terjadi di era kekinian terhadap keberadaan wangilang bagi lelaki pariaman.
Seorang Mahasiswa luar pariaman, pernah menuturkan pengalamanya  kepada penulis simahasiswa kenal dengan seorang wanita yang berasal dari luar pariaman. Kedekatan kedua anak adam itukian hari bertambah kuat, sehingga diikrarkan kesepakatan diantara keduanya kearah hubungan yang serius. Tak pernah terbayangkan oleh sepasang sejoli bahwa cita-cita mereka justru kandas hanya karena hal yang tak mestinya terjadi.Ketika sigadis  memperkenalkan pria pilihanya itu pada orang tuanya, kejujuran sang pria ketika memperkenalkan diri ternyata berbuah kekecewaan.
Identitas , asal usul berlabel Pariaman, spontan merubah suasana yang harmonis menjadi hambar, orang tua sang  gadis berucap, “ ooohhh,ajo piaman yo, maha bali e mah ndak? Petaka cintapun muncul harapan menyunting pujaan hati sirna, cinta  terhalang karena wangilang yang tidak sanggup dibayar oleh orang tua si wanita.

Ketakutan akan wangilang memunculkan persoalan baru yakni dapat memutus tali cinta Ibu dan anak. Setiap Ibu terutama yang tergolong  ekonomi lemah atau kaum marginal di Pariaman, maka wajar seketika akan melahirkan  anak perempuan, akan mengatakan “ ndeh, padusi pulo anak kito nan lahia. Lah jadi baban lo untuak keluarga”. Bagi keluarga di Pariaman, perempuan adalah “baban barek, singguluang batu” yang harus diperjuangkan bersama oleh keluarga.
Kenapa lahirnya anggapan demikian, karena setelah beliau besar nanti tentulah siwanita akan dicarikan jodohnya, sehingga tentunya tidak lepas dari wangilang yang harus dikeluarkan kepada calon suaminya kelak.
Dari kasus diatas, tampak jelas adanya diskriminasi dan apatisme sosial terhadap kaum lelaki di wilayah tertentu(khususnya Pariaman) di sisi pergaulan. Sehingga salah satunya, secara tidak langsung dikucilkan oleh tradisi budayanya sendiri terhadap pergaulan sosial dengan daerah lain.

Sisi lain, bila kita pandang dari sisi  Agama, maka keluhan seorang ibu yang melahirkan seorang anak perempuan justru sangat tak disukai Allah karena ajaran  Islam jelas mengatakan  bahwa “Anak adalah amanah dari Allah SWT”. Baik itu laki laki atau perempuan, karena anak adalah titipan Allah yang mestinya di Syukuri keberadaannya.

Disisi moral & Sosial : begitu beratnya beban keluarga terhadap perempuan Pariaman untuk dicarikan jodohnya, Bia jan Gadih gadang Indak balaki, indak ameh bungkah di-asah, indak kayu janjang dikapiang, biasanya pihak keluarga perempuan berupaya sekuat mungkin mencarikan solusinya, salah satunya Mangadai  Sawah Jo Ladang. Nah, ketika seluruh upaya tidak kunjung bisa diraih pihak keluarga menyarankan untuk siwanita mencari pasangan di luar Pariaman, agar tidak memikirkan wangilangnya.
Banyak lagi kefenomenalan prosesi wangilang di Pariaman ini yang melahirkan asumsi kearah yang kurang baik, sehingganya melahirkan Kasta – kasta tertentu yang membuat perbedaan yang semangkin nyata di tengah masyarakat.

Penulis yakin persoalan wangilang ditiadakan atau dilanjutkan akan melahirkan pro dan kontra di kalangan masyarakat.Lantas,pada posisi mana seharusnya kita letakan ?Kiranya  kepada pemangku kepentingan Adat dan Budaya Pariaman, mau  membicarakan hal ini lebih serius lagi, tentunya untuk kebaikan pencitraan budaya Pariaman kedepannya, terutama kefenomenalan wangilang ini.
Penulis dalam hal ini tidak bermaksud melenyapkan atau  sebalik menjadikan prosesi wangilang menjadi bahagian dari ketetapan adat yang harus dipatuhi oleh setiap anak nagari di ranah Pariaman  saat ini, tapi lebih kepada mengajak untuk selektif “ patuik jo mungkin “ mengatur porsi besarannya, atau sistem peremajaannya. supaya tidak memberatkan bagi kalangan tertentu. Sebab bagai manapun prosesi wangilang ini adalah bahgian dari budaya yang perlu kita lestarikan bersama, Adat Lamo, pusako Zaman, adaiknyo samo kito rimbunkan, pusakonyo samo kito gampakan” tentunya ini mestinya  mengandung nilai keindahan & keunikan dimata orang lain, bukan sebaliknya mempenjarai golongan tertentu dimata masyarakat luar*(ak)

Minggu, 13 November 2011

NEGARA AMERIKA DIBANGUN DARI EMAS PAPUA

AMERIKA PERAMPOK KEKAYAAN PAPUA

AMERICA BUILD FROM PAPUA GOLD [NEGARA AMERIKA DIBANGUN DARI EMAS PAPUA]

Freeport adalah pertambangan emas terbesar di dunia! Namun termurah dalam biaya operasionalnya. Sebagian kebesaran dan kemegahan Amerika sekarang ini adalah hasil perampokan resmi mereka atas gunung emas di Papua tersebut. Freeport banyak berjasa bagi segelintir pejabat negeri ini, para jenderal dan juga para politisi busuk, yang bisa menikmati hidup dengan bergelimang harta dengan memiskinkan bangsa ini. Mereka ini tidak lebih baik daripada seekor lintah!

Akhir tahun 1996, sebuah tulisan bagus oleh Lisa Pease yang dimuat dalam majalah Probe. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di Washington DC. Judul tulisan tersebut adalah “JFK, Indonesia, CIA and Freeport”.

Walau dominasi Freeport atas gunung emas di Papua dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di negeri ini sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Dalam tulisannya, Lisa Pease mendapatkan temuan jika Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959.

Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.

Ditengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.

Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada disekujur tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.

Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survey dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.

Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak!! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal. Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur meneken kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.

Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.

Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah spertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda, akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.

Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.

Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pemimpin Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan!

Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kennedy merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.

Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya. Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport.

Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.

Augustus C.Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya.

Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C.Long juga aktif di Presbysterian Hospital di NY dimana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.

Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pemimpin Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial.

Pease mendapatkan data jika pada Maret 1965, Augustus C.Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Augustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelejen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di Negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army Friend.

Salah satu bukti sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan jika kelompok Jendral Suharto akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya.

Awal November 1965, satu bulan setelah tragedi terbunuhnya sejumlah perwira loyalis Soekarno, Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap mengekplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu darimana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport?

Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak dengan tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija. Orang yang terakhir ini berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasional mereka.

Sebab itulah, ketika UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didektekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport!. Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia.

Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport mengandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978.

Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik “Jim Bob” Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun.

Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A.Maley, menulis sebuah buku berjudul “Grasberg” setelab 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki deposit terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar didunia.

Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar dollar AS dan masih akan menguntungkan 45 tahun ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan yang termurah di dunia!!

Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya EMASPURA. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapur a sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru dimana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika. Ini sungguh-sungguh perampokan besar yang direstui oleh pemerintah Indonesia sampai sekarang!!!

Kesaksian seorang reporter CNN yang diizinkan meliput areal tambang emas Freeport dari udara. Dengan helikopter ia meliput gunung emas tersebut yang ditahun 1990-an sudah berubah menjadi lembah yang dalam. Semua emas, perak, dan tembaga yang ada digunung tersebut telah dibawa kabur ke Amerika, meninggalkan limbah beracun yang mencemari sungai-sungai dan tanah-tanah orang Papua yang sampai detik ini masih saja hidup bagai di zaman batu.

Freeport merupakan ladang uang haram bagi para pejabat negeri ini, yang dari sipil maupun militer. Sejak 1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di dunia itu menjadi tambang pribadi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Freeport McMoran sendiri telah menganggarkan dana untuk itu yang walau jumlahnya sangat besar bagi kita, namun bagi mereka terbilang kecil karena jumlah laba dari tambang itu memang sangat dahsyat. Jika Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang harus dibereskan terlebih dahulu.

Belajar dari Eksistensi Freeport (PT FI)

Sudah menjadi rahasia umum, menurut Harits Abu Ulya Direktur The CIIA -Community Of Ideological Islamic Analyst- bahwa Kontrak Karya atau Contract of Work Area yang ditangani pemerintah Orba yang serbakorup telah mengabaikan prinsip-prinsip keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat. Sejak awal kehadiran PT FI di Mimika (Kontrak Karya I, 7 April 1967) telah memicu konflik-konflik baru, utamanya dengan masyarakat adat setempat (Suku Amungme dan Komoro).

Perlakuan yang tidak akomodatif dari pemerintah dan PT FI terhadap tuntutan masyarakat setempat mengakibatkan protes-protes yang terus-menerus baik dilakukan secara terbuka maupun secara laten. Freeport beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya yang ditandatangani pada tahun 1967 berdasarkan UU 11/1967 mengenai PMA. Dan di tahun 2041, barulah PT FI kembali menjadi “milik” NKRI.

Lalu siapa yang menikmati hasil dari PT FI selama ini? Negara tidak memiliki kontrol sama sekali atas kegiatan operasional perusahaan. Negara hanya memperoleh royalty yang besarnya ditentukan dalam KK tersebut.

Untuk tembaga, royalty sebesar 1,5% dari harga jual (jika harga tembaga kurang dari US$ 0.9/pound) sampai 3.5% dari harga jual (jika harga US$ 1.1/pound). Sedangkan untuk emas dan perak ditetapkan sebesar 1% dari harga jual.

Lalu siapa yang mendapat keuntungan lebih besar dari semua itu? Tentu saja yang mendapat “kue raksasa” ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pengeleolaan pertambangan ini. Menurut kantor berita Reuters (“PR”, 18/3 2006) dinyatakan bahwa empat Big Boss PT FI paling tidak menerima Rp 126,3 miliar/bulan. Misalnya Chairman of the Board, James R Moffet menerima sekira Rp 87,5 miliar lebih perbulan dan President Director PT FI, Andrianto Machribie menerima Rp. 15,1 miliar per bulan.
Sementara PTFI sendiri mendapat sepuluh kali lipat dari jumlah bagian deviden yang diterima pemerintah RI. Jika sebagai pemegang saham 9,36% saja pemerintah mendapatkan deviden Rp 2 Triliun, maka Freeport McMoran sebagai induk dari PTFI (pemegang 90,64% saham PTFI) akan mendapat deviden +/- Rp 20 Triliun di tahun 2009.

Lalu apa yang diperoleh masyarakat Papua? Keberadaan PTFI ternyata tidak membawa berkah bagi masyarakat Papua, sebaliknya banyak mendatangkan petaka. Sejak awal keberadaan PTFI, penguasaan tanah adat oleh masyarakat Papua terancam. Dalam satu klausul KK nya, Freeport diperkenankan untuk memindahkan penduduk yang berada dalam area KK nya. Itu artinya, Freeport dibenarkan untuk menguasai tanah adat dan memindahkan penduduk yang ada di area yang dikuasainya. Padahal ketentuan itu bertentangan dengan UU No 5/1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria. Namun nyatanya ketentuan KK itu lah yang dilaksanakan.

Masalah berikutnya dalah masalah lingkungan. Diataranya, “tanah adat 7 suku, diantaranya amungme, diambil dan dihancurkan pada saat awal beroperasi PTFI. Limbah tailing PT FI telah menimbun sekitar 110 km2 wilayah estuari tercemar, sedangkan 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa beracun dan 133 km2 lahan subur terkubur. Saat periode banjir datang, kawasan-kawasan suburpun tercemar Perubahan arah sungai Ajkwa menyebabkan banjir, kehancuran hutan hujan tropis (21 km2), dan menyebabkan daerah yang semula kering menjadi rawa. Para ibu tak lagi bisa mencari siput di sekitar sungai yang merupakan sumber protein bagi keluarga. Gangguan kesehatan juga terjadi akibat masuknya orang luar ke Papua. Timika, kota tambang PT FI , adalah kota dengan penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia” (www.jatam.org).

Masalah lain adalah masalah HAM. Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah kerja Freeport yang ditengarai dilakukan untuk menjamin keberlangsungan operasional perusahaan.

Pertarungan Internasional

Tak bisa dipungkiri bahwa selama ini Amerikalah yang menangguk keuntungan terbesar dari eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam di Papua, kalau tidak boleh dikatakan satu-satunya. Dan diyakini kekayaan yang masih tersimpan di balik bumi Papua jauh lebih besar lagi. Tentu saja semua itu akan membuat negara dan para kepitalis di luar Amerika meneteskan air liur dan iri untuk bisa ikut menikmatinya. Karena itu dalam masalah Papua pasti juga terjadi pertarungan kekuatan internasional. Aromanya pun memang bisa dicium dengan kuat, mereka bermain dengan isu Demokratisasi, HAM dan Lingkungan.Inggris dengan operasi intelijennya juga respek pada Papua, Australia juga selalu mencari celah-celah untuk ambil keuntungan, dan begitu juga negara-negara kecil di kawasan Pasifik.Mereka mengimpikan bisa mendapatkan berkah “mutiara hitam” Papua.

Jika dilihat pada tingkat internasional, selama ini AS menggunakan kasus Papua sebagai alat penekan. Misalnya, AS menggunakan kasus pelanggaran HAM diantaranya yang terjadi di Papua untuk sebagai alasan menjatuhkan embargo terhadap TNI. Padahal selama ini sudah menjadi rahasia umum jika keberadaan TNI termasuk Polri ditengarai banyak demi kepentingan PT FI yang nota bene mengalirkan kekayaan bumi Papua ke AS. Begitu pula saat anggota Kongres AS yaitu Donald M. Payne (asal Newark, New Jersey) dan Eni FH Faleomafaega (Samoa Amerika) yang membuat surat kepada Menteri Luar Negeri AS dan Sekjen PBB tahun 2005, mempersoalkan legalitas proses bergabungnya Papua ke dalam NKRI melalui PAPERA pada 14 Juli-2 Agustus 1969, saat itu sedang terjadi negosiasi tentang pengelolaan Blok Cepu yang akhirnya PSC (Production Sharing Contract)-nya didapat oleh Exxon Mobile tahun 2006 tepatnya setelah kunjungan Menlu AS kala itu Condoleeza Rice pada 14-15 Maret 2006. Entah ada hubungannya atau tidak, yang jelas setelah kontrak PSC blok Cepu yang memiliki cadangan minyak lebih dari 2 miliar barel diperoleh Exxon Mobile, pihak-pihak di AS pun tidak lagi getol menyuarakan kasus Papua.

Adapun negara yang secara terbuka mendukung propaganda kemerdekaan Papua sebenarnya tidak banyak. Hanya beberapa negara kecil di Pasifik. Tercatat hanya negara Solomon, Nauru dan Vanuatu tiga negara kecil di Pasifik yang terang-terangan mendukung kemerdekaan Papua. Bahkan berbagai gerakan separatis OPM, secara legal telah membuka perwakilan di Vanuatu, memanfaatkan gerakan melanesian brotherhood.

Di sisi lain Australia memiliki sikap terbuka yang berubah-ubah mengikuti partai yang berkuasa. Dukungan dari pihak-pihak di Australia diberikan oleh beberapa senator, akademisi dan beberapa orang dari kalangan media. Dukungan pemerintah Australia terlihat menguat ketika Partai hijau berkuasa. Namun secara terus menerus Australia menjadi salah satu basis propaganda pro kemerdekaan Papua. Peran Australia ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Inggris mengingat secara tradisional para politisi dan kebijakan Australia banyak dipengaruh oleh Inggris.

Diluar semua itu, Inggris sebenarnya tidak bisa dikatakan terlepas dari pertarungan dalam kasus Papua. Memang sikap Inggris yang formal mengakui kedaulatan dan keutuhan NKRI termasuk di dalamnya Papua adalah bagian integral dari NKRI. Namun sudah menjadi semacam rahasia umum bahwa meski sikap formalnya demikian, negara-negara barat juga kerap menjalankan aktifitas rahasia melalui dinas intelijennya. Dalam kasus mencuatnya video penyiksaan di Papua pada tahun lalu, misalnya, kampanye Free West Papua yang merilis video penyiksaan TNI terhadap anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM), ternyata mendapat dukungan dari politisi Inggris terutama yang ada di Parlemen. Badan Intelijen Inggris, Secret Intelligence Service (SIS) atau M16, diduga berada di balik sikap dukungan parlemen Inggris terhadap kemerdekaan Papua itu. Kemampuan M16 sudah teruji sejak Perang Dunia I dan II. Bahkan M16 terlibat dalam sejumlah kudeta penggulingan kekuasaan di berbagai negara.

Begitu pula dukungan Inggris itu tampak dari “ditampungnya” tokoh kemerdekaan Papua, Benny Wenda. Benny Wenda yang tinggal di Inggris, mendirikan Parlemen Internasional untuk Papua Barat (IPWP) pada Oktober 2008. Ia mendapat dukungan dari sejumlah politisi, terutama yang berada di Inggris. Dia pula yang terlibat aktif atau sebagai penggerak International Lawyer for West Papua (ILWP) yang pada 2 Agustus lalu menyelenggarakan konferensi propaganda kemerdekaan Papua, bertempat di East School of the Examination Schools, 75-81 High Street, Oxford dengan mengusung tema tentang kemerdekaan Papua : “West Papua ? The Road to Freedom”.

Semua itu menunjukkan bahwa di dalam masalah Papua itu juga dimasuki oleh pertarungan internasional. Apapun perubaha besar yang terjadi di Papua, pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari pertarungan internasional itu. Dalam hal ini tentu AS tidak akan mau kehilangan segala keuntungan yang telah didapatkannya selama ini. Disisi lain Inggris dan Australia terus berusaha untuk bisa turut menanamkan pengaruh di sana dan menikmati keuntungan termasuk kekayaan alam bumi Papua yang melimpah.

Akar Masalah Papua dan Penyelesaiannya Secara Total

Dari paparan di atas terlihat bahwa konflik di Papua terjadi karena kebijakan ala ideologi kapitalisme yang menyerahkan kekayaan alam kepada swasta asing yang dalam hal ini Freeport. Begitu Freeport ada di bumi Papua, maka sejak saat itu pula terjadi konflik yang terus menerus.

Sebab lain yang juga berperan besar memunculkan tuntutan rakyat Papua atas menentukan nasib mereka sendiri adalah terjadinya kezaliman dan ketidakadilan terhadap mereka. Begitu pula tidak adanya pendistribusian kekayaan alam yang ada di wilayah mereka untuk membangun dan memajukan Papua dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Papua. Asumsinya adalah bahwa semua itu terjadi karena yang memerintah dan mengelola semua itu bukan orang asli Papua. Jika Papua diperintah dan kekayaannya diatur oleh orang Papua sendiri, atau jika mereka bisa menentukan kebijakan pengelolaan wilayah mereka sendiri, maka dianggap semua itu akan berubah total, kemajuan akan bisa diujudkan di Papua dan taraf hidup masyarakatnya pasti meningkat.

Masalah pengelolaan kekayaan alam dan pendistribusian kekayaan yang tidak merata dan tidak memberikan kesejahteraan bagi rakyat di wilayah tempat kekayaan alam itu berada sebenarnya bukan khas masalah Papua. Masalah itu juga dialami oleh semua wilayah negeri ini, bahkan yang di pulau Jawa sekalipun. Daerah Cepu, Cikotok, Indramayu dan lainnya yang disitu minyaknya disedot dan atau emasnya dikeruk, masyarakatnya juga tidak bisa menikmati hasil dari kekayaan alam di wilayah mereka itu. Banyak masyarakat di daerah itu yang masih didera kemiskinan dan keterbelakangan. Sebabnya tidak lain karena kebijakan pengelolaan perekonomian ala kapitalis yang menyerahkan kekayaan alam itu kepada swasta dan terutama asing. Sehingga pihak swasta asing itulah yang paling menikmati hasil dari kekayaan yang merupakan milik rakyat negeri ini secara keseluruhan itu.

Maka selama pengelolaan kekayaan alam masih menggunakan model ekonomi kapitalisme maka keadaan ketidakadilan ekonomi semacam itu akan terus terjadi. Kekayaan negeri tatap tidak akan terdistribusi secara merata. Kesenjangan akan tetap menganga. Karena itu kemerdekaan bukanlah solusi untuk menghilangkan ketidakadilan ekonomi itu. Malah kemerdekaan bisa menjadi pintu yang lebih lebar bagi penetrasi lebih dalam bagi pengelolaan ekonomi menurut model kapitalisme. Apalagi jika kemerdekaan itu atas belas kasihan (bantuan) asing, dalam hal ini misalnya Inggris atau eropa pada umumnya dan Australia. Dengan mereka keberadaan AS dengan perusahaan multinasionalnya tidak serta merta bisa diakhiri, sebaliknya dengan merdeka justru membuka ruang bagi masuknya kepentingan Inggris (Eropa) dan Australia. Itu artinya dengan merdeka, justru Papua justru makin menjadi jarahan pihak asing. Dan hampir dapat dipastikan bahwa model pengelolaan ekonominya juga akan tetap model kapitalisme dan karenanya penjarahan kekayaan bumi Papua nantinya justru akan makin merajalela.

Begitu pula berbagai kekerasan atau kejahatan lingkungan, tidak akan serta merta bisa dihilangkan dengan memerdekakan diri. Sebab semua itu terjadi seiring dengan keberadaan PTFI. Padahal dengan merdeka, keberadaan Freeport tidak dengan sendirinya hilang. Justru dengan merdeka akan terbuka peluang bagi Freeport untuk memperpanjang eksistensinya di bumi Papua dengan jalan melakukan negosiasi dengan pemerintah baru dan memberikan keuntungan yang diminta terutama kepada pribadi-pribadi pejabatnya. Bahkan dengan memisahkan diri justru terbuka peluang bagi masuknya pihak asing seperti Freeport lebih banyak lagi.


Minggu, 10 Juli 2011

Dari Q Pertiwi, Bagi Mu Penguasa, Untuk Mu Semesta!!


Dalam Kecamata ku,,,

Kau menjadi abu-abu dengan sikap mu,
Sementara aku jadi merah, dari biru ku,

Seiring berjalannya waktu menuju tua renta ku..


Datang naga berkepala dua,
membawa Api dan ke onarannya,

membakar habis aku punya raga...

Tapi kenapa kamu cuma tetap
diam,termangu?

Dimana kamu?
Malah menunggu ksatria lain datang menyelamatkanku
?

Mana tanggung Jawab Mu?

Mana Mulut Manis,ikrar janji Mu dulu?
Sehingga api bisa dibuat diam membisu
,hingga merusak ke elokan pesona ku.

Dalam
kecamata ku,,,
Kulihat maya tak jauh dari nyata.
Kamu sama sekali tak berbeda.
Tetap menganggap aku bintang yang begitu jauh.
Sehingga tak mungkin padaku kau membuang sauh.

Walaupun rintisan,jeritan hati ketidak berdayaan q terdengar sudah mulai rapuh..
malah kau menghindar dan terus menjauh.

Kenapa?
Kenapa kau begitu tak memiliki keberanian
untuk menjadi penyelamatku?

Ataukah engkau tertidur dengan nyenyak mu?

Maka bangunlah manusia, sebelum isi perutku meluluhlantahkan peradaban mu....

Selasa, 21 Juni 2011


KORUPTOR DAN TIKUS KANTOR, APA BEDANYA?
Apa bedanya Koruptor dan tikus kantor? Ada yang tau?…menurut saya sih bedanya terletak pada penampilan fisik, bro… Kalo koruptor itu punya jabatan, kedudukan dan kewenangan. Trus berdasi, hidup di lingkungan yang bersih, kelimis dan sangat necis. Nah kalo tikus kantor adalah termasuk binatang pengerat yang menetap di tempat kotor, suka memakan apa saja yang ditemukan. Ketemu kertas yah dimakan, ketemu lem, kabel, sandal, sepatu semuanya dimakan. Selebihnya dari kedua subyek tersebut adalah sama – sama ciptaan Tuhan. Hanya saja, Koruptor ternyata itu lebih hina dari tikus kantor. Lho…koq …ya iyalah masa ya ya dong. Bayi aja dibedong, masa koruptor digendong?…. (dibanting aja,….bro…)
Koruptor adalah makhluk yang perfektif, Ia diberikan akal pikiran, ilmu, tempat yang terhormat dan memiliki fasilitas yang lebih dari sekedar cukup. Derajatnyapun lebih superior dari binatang. Namun demikian, sifat rakusnya melebihi binatang yang lapar sekalipun. Ia bisa memakan apa saja, termasuk makan semen, pasir, aspal dan lain sebaginya. Dia juga mampu menyulap angka-angka bak seorang pesulap David Coferfield, lho…Mampu mengmark-up angka-angka pada Anggaran maupun pada angka data statistik. Bahkan ia pandai berakting dengan memainkan peran wataknya yang hanya bisa diperankan oleh aktor sekaliber Dedy Mizwar. Weeleeeeh…..
Koruptor memang bukan tikus kantor, tetapi identik karena harta bendanya diperoleh dari hasil yang kotor-kotor, persis seperti yang dilakukan oleh tikus kantor. Yah, namanya juga tikus, bro… mo tikus loteng, tikus got, tikus sawah tetap aja bikin kita geli. Rumah siapa sih yang mau dihuni banyak tikus? Nah, jika Anda kebetulan menjumpai tikus-tikus di rumah cepatlah beli Anti Tikus. Terserah mo beli racun tikus, lem tikus, yang penting rumah kita sehat, bersih dan nyaman. Maka dari itu, agar negeri yang tercinta ini dapat menjadi Negara yang sehat, bersih dan nyaman …Ayo mari kita bersama-sama perangi tikus-tikus….

SUSAHNNYA MENANGKAP TIKUSSSSSSSSSSSSSSSSSS.......


Ternyata tikus memang makhluk Tuhan yang sangat sulit untuk ditangkap. Soalnya tikus itu begitu lihai bersembunyi. Baru saja kita lihat dalam karung yang kecil, tiba-tiba tanpa sepengetahuan kita sudah berada dalam karung beras yang besar. Bila sedikit saja kita melangkah mendekatinya kemudian sudah lari ke karung yang lain lagi.
Cerita teman saya, katanya tikus juga sudah pinter-pinter. Beberapa kali dia membuat perangkap selalu terhindar yang dari perangkap yang dia buat. Bahkan dia coba dengan lem yang memang dikhususkan untuk menangkapnya yaitu lem tikus, ternyata itu pun tidak mempan.
Anehnya, tikus sekarang sudah mampu membaca tanda-tanda zaman. Dia mampu membaca mana perangkap atau bukan. Kata teman saya itu, tikus dirumahnya itu bahkan melompat karena tahu bahwa itu lem jebakan untuk dia. Memang tikus-tikus sekarang beda dengan tikus-tikus yang dulu, guman teman saya pada suatu ketika.
Kenapa berbeda? Menurut teman saya, Karena kalau tikus yang dulu itu tinggal di got-got atau disemak-semak yang konotasi jorok. Tetapi tikus saat ini, memang awalnya tinggal ditempat jorok, tetapi kemudian mereka sudah pindah ke tempat-tempat yang bersih, mewah dan serba wah lainnya. Bahkan tikus sekarang, kata teman saya, tidak bisa tidur kalau tidak AC dengan alasan kepanasan. Paling mengemaskan lagi tikus saat ini pinter membentuk koalisi bahkan dengan kucing sekalipun padahal kita sama-sama tahu tikus dan kucing sejak dulu tak pernah akur, sehingga siapappun yang menangkapnya mereka tetap saja tak tertangkap, karena ada teman koalisi yang akan membantu.
Aduh namanya juga tikus, paling pinter berkelit.